Raih Investasi IFC, PT GRP Tambah Produksi Baja Rendah Karbon
JAKARTA -- PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) menandatangani perjanjian pembiayaan hingga US $60 juta atau Rp922 miliar dengan International Finance Corporation (IFC). Ini adalah investasi pertama IFC di sektor baja Asia dalam lebih dari satu dekade terakhir.
Kemitraan antara GRP dan IFC dinilai akan membantu GRP meningkatkan produksi baja rendah karbon berkualitas tinggi di pabrik seluas 200 hektar di Jawa Barat. Pabrik ini disebut akan menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata global.
"Melalui kemitraan dengan IFC ini, GRP akan terus menetapkan standar baru untuk dekarbonisasi produksi baja di Asia," kata Chairman of Executive Committee GRP, Kimin Tanoto dalam keterangannya pada Jumat (6/9/2024).
IFC juga telah menandatangani Advisory Engagement Letter dengan GRP untuk membantu mengembangkan dan menerapkan strategi dekarbonisasi serta mendukung upaya GRP mengurangi emisi gas rumah kaca yang sejalan dengan standar internasional.
"Investasi penting ini mengakui kepemimpinan awal GRP sebagai salah satu produsen baja rendah karbon pertama di Asia," ujar Kimin.
Dukungan ini mencakup menjajaki berbagai opsi pendanaan untuk mendukung keputusan GRP menonaktifkan Blast Furnace yang baru dibangun namun belum pernah dioperasikan, serta meningkatkan efisiensi energi teknologi EAF dan menilai opsi dan teknologi proses hilir yang baru.
"Industri baja sangat penting bagi kemakmuran Asia dan dunia, tetapi kita harus cepat melakukan dekarbonisasi untuk mempertahankan kemakmuran ini bagi generasi mendatang," ujar Kimin
Permintaan baja global diperkirakan akan meningkat 30% pada tahun 2050, dan sebagian besar dari peningkatan tersebut akan dipenuhi oleh Asia. Produksi baja Indonesia sendiri telah meningkat lebih dari 90% sejak tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat tahun ini.
Oleh karena itu, investasi IFC di GRP datang seiring dengan ambisi Indonesia untuk menjadi produsen baja global dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060. Investasi ini juga membantu GRP mencapai target mereka untuk emisi nol bersih pada tahun 2050.
Tercatat, industri baja adalah salah satu penyumbang terbesar terhadap krisis iklim global, bertanggung jawab atas 8% emisi gas rumah kaca dunia. Jika tidak ditangani, sektor ini bisa menghabiskan seperempat dari anggaran karbon dunia untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celcius pada tahun 2050.
GRP telah menggunakan teknologi produksi baja rendah karbon (EAF) sejak tahun 2016, menjadikannya salah satu produsen baja rendah karbon paling berpengalaman dan maju di Asia. Walaupun beberapa produsen lain kini menggunakan EAF, GRP adalah satu-satunya pabrik terintegrasi dari hulu ke hilir di Asia yang menggunakan baja rendah karbon..
"Jika perusahaan baja tidak beradaptasi dengan transisi hijau, aset mereka bisa menjadi tidak bernilai. Keberlanjutan selalu menjadi panduan GRP ke depan," ujar Kimin.
Investasi senilai US $60 juta dari IFC juga akan membantu memperkuat kasus bisnis baja rendah karbon di seluruh dunia. Ini termasuk mengeksplorasi produk baja bernilai tinggi yang sesuai dengan teknologi EAF GRP dan bisa diterapkan di seluruh industri baja global.
"Kemitraan kami dengan GRP adalah langkah besar dalam mendukung dekarbonisasi industri di Indonesia, dan ini menandai investasi baja pertama IFC di Asia dalam lebih dari satu dekade," kata IFC Country Manager untuk Indonesia dan Timor Leste, Euan Marshall.
"Kami senang bisa memberikan dukungan investasi dan konsultasi untuk membantu GRP mengembangkan bisnis yang berkelanjutan secara komersial dan lingkungan," lanjut Euan.
GRP berencana memanfaatkan kemitraan dengan IFC untuk meningkatkan daya saing dalam mengekspor baja rendah karbon ke Uni Eropa. Selain itu, GRP ingin mengeksplorasi peluang baru untuk menggantikan baja impor di Indonesia yang dihasilkan dari negara-negara dengan emisi CO2 per ton yang lebih tinggi dibandingkan dengan baja rendah karbon GRP.
"Pengumuman hari ini dengan IFC adalah pengakuan kuat atas visi GRP untuk merevolusi industri baja, tidak hanya di Asia tapi juga di dunia. Bersama-sama, kita menunjukkan apa yang mungkin dicapai," kata Chief Transformation Officer GRP, Kelvin Fu.