Harga Bitcoin Terus Merangkak Naik, Saatnya Borong Sebelum Ketinggalan?
GENPOP -- Harga bitcoin dalam satu pekan terakhir semakin menarik untuk terus dipantau. Sempat terperosok ke harga Rp 383 juta lalu naik lagi.
Sekarang harga bitcoin mengalami kenaikan cukup tajam. Harga terakhir bitcoin di hari Kamis (14/9/2023) pukul 20.30 WIB yaitu Rp 408 juta. Dalam satu hari terakhir terjadi kenaikan 1,6 persen.
Melihat tren ini, para investor ritel perlu jeli menganalisanya. Memang harga Bitcoin berfluktuasi dalam 24 jam terakhir.
Meningkatnya harga bitcoin saat ini karena ada demand dari investor institusi.
Pelaku pasar tentu akan mencermati data CPI (Consumer Price Index) hari ini untuk mengetahui tren inflasi.
Dalam 24 jam terakhir, Bitcoin (BTC) tetap bergejolak, meskipun ada kenaikan singkat di pasar jangka pendek.
Lonjakan volatilitas ini sebagian disebabkan oleh proses likuidasi yang sedang berlangsung, yang melibatkan BTC senilai 500 juta dolar AS (Rp 7,6 triliun).
Siapa pihak yang melakukan likuidasi tersebut? Jawabannya adalah FTX dan Alameda Research.
Peningkatan permintaan dari investor institusi telah memicu tren bullish di pasar. Menurut data terbaru dari Tradingview dan Coinecko, harga Bitcoin melonjak sebanyak 6,3 persen dalam satu hari terakhir, sehingga harganya mencapai Rp 408 juta.
Dari gambaran ini, dapat diketahui, bitcoin telah menemukan stabilitas di sekitar level support/resistance di pasar Asia.
Franklin Templeton Mengajukan ETF Bitcoin
Potensi cerahnya bitcoin semakin tampak setelah Franklin Templeton, pada 12 September 2023, mengajukan permohonan tempat ETF Bitcoin. Mereka juga mengusulkan Coinbase sebagai kustodian untuk inisiatif ini.
Langkah Franklin Templeton ini sejalan dengan tren yang berkembang di antara perusahaan-perusahaan besar seperti BlackRock, Valkyrie, dan Ark Invest.
Semua perusahaan itu punya tujuan yang sama, yaitu menawarkan ETF Bitcoin spot kepada investor mereka.
Apa dampaknya? Pasar kripto semakin luas, dan dapat menjangkau lintas generasi, khususnya generasi boomer dan kalangan yang menghindari risiko volatilitas tinggi.