Jenis-Jenis Penerjemahan
GENPOP -- Model penerjemahan yang dilakukan penerjemah dalam mengungkapkan makna sebuah teks ada beberapa macam.
Jika menilik cara penerjemahan dari khazanah dunia Arab, maka ada beberapa metode. Di antaranya adalah metode harfiah, dan metode tafsiriah.
Meski begitu, jenis itu dapat dikatakan kurang rinci karena literatur Barat lebih menaruh perhatian pada beberapa konsep penerjemahan.
Alhasil, tokoh seperti Newmark memaparkan lebih rinci tentang konsep tersebut. Menurut Newmark, ada delapan jenis terjemah, di mana penerjemah dapat memilih salah satunya.
Delapan jenis penerjemahan nantinya akan menghasilkan bentuk-bentuk terjemahan yang berbeda, dan tergolong menjadi dua, yakni empat yang berorientasi pada Bahasa Sumber (BSu), dan yang empat lagi berorientasi pada Bahasa Sasaran (BSa).
Berikut jenis-jenis serta metode penerjemahan menurut Newmark:
1. Kata demi kata
Penerjemahan kata demi kata dilakukan dengan cara menerjemahkan kata demi kata. Tata kalimatnya pun dibiarkan sedia kalanya seperti dalam teks sumbernya.
Pencarian makna dalam metode ini tidak mengandalkan konteks pemakaiannya, tapi lebih cenderung ke arah makna yang umum.
Kata yang memiliki unsur budayanya juga diterjemahkan secara harfiah. Metode ini memang sebagai langkah awal dalam melakukan penerjemahan.
2. Harfiah
Penerjemahan cara ini juga dilakukan dalam tahap awal. Kata-kata tetap diterjemahkan satu demi satu tanpa mempertimbangkan konteks pemakaiannya.
Kalimat yang panjang dan sulit diterjemahkan secara harfiah terlebih dahulu, kemudian barulah disempurnakan.
Jika pada metode kata demi kata masih menggunakan struktur bahasa sumber, maka, dalam metode harfiah ini, susunan kalimatnya sudah diubah ke dalam struktur bahasa sasaran.
Hanya saja, gaya bahasanya tetap berorientasi pada bahasa sumber. Metode harfiah ini amat menjaga bahasa yang melekat pada bahasa sumber, dan mencegah terjadinya penyelewengan dalam pengalihan pesan.
3. Penerjemahan setia
Penerjemahan dilakukan dengan mempertahankan sejauh mungkin aspek format suatu teks sumber, seperti teks sastra, hukum, kedokteran, dan lain-lain. Sehingga, si pembaca secara utuh masih bisa melihat bentuk-bentuk teks aslinya.
Biasanya, penggunaan metode ini untuk memperkenalkan ungkapan dan istilah baru guna mengisi kekosongan ungkapan dan istilah dalam BSa.
4. Penerjemahan semantis
Pada metode ini, penerjemahan sangat menekankan pada penggunaan istilah, kata kunci, ataupun ungkapan yang harus dihadirkan dalam terjemahannya.
Biasanya hal ini dilakukan dalam penerjemahan karya ilmiah atau teks hukum sesuai “untuk siapa” terjemahan itu dibuat dan “untuk tujuan apa”.
Memang, dalam karya ilmiah, ada sejumlah istilah yang sudah terdefinisi dan harus diterjemahkan secara tepat dari segi semantisnya agar tidak terjadi salah paham.
Terlebih, dalam metode semantis, nilai estetika yang terdapat pada bahasa sumber dipertimbangkan, lalu diselaraskan dengan tujuan memperoleh asonansi, serta dilakukan permainan kata dan pengulangan.
Di sinilah penerjemah dituntut untuk lebih kreatif dalam menerjemah.