GENPOP -- Pengguna Twitter (sekarang X) bernama Crypto Analyst, membagikan dua hasil berbeda terkait potensi harga altcoin jika ETF Bitcoin disetujui atau ditolak oleh Komite Bursa dan Sekuritas AS (SEC).

Crypto Analyst, tokoh terkemuka kripto di Twitter, menguraikan dua skenario berbeda berdasarkan keputusan ETF Bitcoin yang masih ditunggu sampai sekarang. Dua skenario ini didasarkan pada apakah ETF Bitcoin ditolak oleh SEC atau diterima.

SEC sendiri kemungkinan mengumumkan keputusannya pada 10 Januari 2024, atau bisa mundur ke bulan Mei 2024.

Keputusan SEC mengenai ETF Bitcoin yang ditunggu-tunggu sampai saat ini, di tengah kegembiraan pasar, merupakan titik kritis bagi penguatan kripto dalam keuangan tradisional dan implikasinya yang luas di lanskap aset digital.

BACA JUGA:

+ 8 Aset Kripto Terbaik Tahun 2024 Berdasarkan Kapitalisasi Pasar, Bisa Buat Investasi!

+ 10 Faktor Mengapa Harga Bitcoin dan Altcoin akan Naik pada 2024

+ Harga Bitcoin pada Tahun 2024 Diprediksi Bakal Naik Signifikan

+ 8 Cara Memilih Aset Kripto Terbaik, Biar Gak Boncos!

2 Skenario Harga Altcoin

Pertama, jika ETF Bitcoin ditolak, maka ada potensi penurunan tajam harga Bitcoin sehingga bakal anjlok harganya hingga 30 ribu dolar AS atau sekitar Rp 466 juta. Ini adalah skenario yang menunjukkan masa yang penuh tantangan bagi investor Bitcoin karena pasar bereaksi negatif terhadap penolakan ETF.

Kedua, jika ETF Bitcoin disahkan di AS, maka diprediksi terjadi kenaikan harga bitcoin secara langsung dan signifikan, yang diikuti oleh koreksi berikutnya mulai dari 30 persen hingga 40 persen.

Jadi meskipun ETF Bitcoin disahkan, tetap ada potensi yang menyiratkan respons pasar yang fluktuatif namun dinamis terhadap berita positif tentang ETF yang disetujui.

Saat ini, Bitcoin telah mengalami kenaikan sebesar 6,15 persen, dan diperdagangkan pada 46 ribu dolar AS (Rp 714 juta).

Selama 24 jam terakhir, lonjakan volume perdagangan yang signifikan telah melonjak sebesar 71,4 persen. Ini berkontribusi terhadap kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan sebesar 913 miliar dolar AS atau sekitar Rp 14 ribu triliun.